Jumat, 06 Maret 2009

Makna Dibalik Peristiwa

Anthony Robin menceritakan sebuah true story ten­­tang kejadian mengerikan yang dialami oleh W Mit­­chel. Mitchel mengalami kecelakaan yang sangat me­ngerikan saat dia mengendarai sepeda motor ti­ba-tiba terlihat truk berhenti mendadak. Dalam usa­hanya mengurangi kecepatan, ia terperosok ke ba­wah truk. Tutup tangki bensinnya terlempar, dan hal buruk pun terjadi. Bahan bakar mengalir keluar dan membuat sepeda motornya meledak, sehingga 85% tubuhnya mengalami luka bakar. Dan ba­gai­ma­na cara Mitchel mengatasi apa yang dialaminya. Ia tidak menyerah. Ia berusaha tetap hidup dan me­ni­ti kembali karier usahanya. Ia masih hidup sehat ting­gal di Colorado. Sejak kecelakaan motornya yang mengerikan, ia diketahui lebih berhasil dan ba­ha­gia dari sebelumnya. Ia menjadi orang yang pa­ling­ berpengaruh di Amerika dan menjadi jutawan. Bah­kan mencalonkan diri menjadi anggota kongres dan gubernur Colorado.
***
Ada sebuah newsletter yang dikirimkan ke email sa­ya dari www.kingsonsurya.com dan saya anggap ma­teri ini sangat menarik untuk kita renungkan sa­ma persis dengan cerita di atas. Mengenai kaos kaki usang yang masih saja kita simpan karena kaos kaki itu pemberian dari seseorang yang kita cintai. Kalau orang lain pasti akan menilai sepertinya terlalu ber­le­bihan kaos kaki usang terus saja disimpan di da­lam lemari.
Akan tetapi bagi si empunya, nilai historis di da­la­m­­­nya yang menjadikan kaos kaki usang itu begitu is­­timewa. Lalu bagaimana jadinya kalau ada ang­go­ta keluarga yang membuangnya begitu saja? Tentu si empunya akan merasa bersedih bahkan mungkin akan marah. Masalahnya bukan pada dibuangnya kaos kaki tersebut melainkan makna dibalik kaos ka­ki usang itulah yang akan dipertahankan oleh si em­pu­nya, entah efek dari makna tersebut positif atau­kah negatif. Kalau kaos kaki usang itu menimbulkan efek positif maka memori yang dikandungnya akan mem­­bawa kita sebagai si empunya akan merasa se­nang, puas, termotivasi, percaya diri, dan sebagainya. Be­­­gitu juga sebaliknya, efek negatif hanya akan me­nim­bulkan perasaan takut, menyesal, tidak puas, ti­dak percaya diri, dan sebagainya.
Sebenarnya memori atas kaos kaki dimana mak­na yang terkandung bisa menimbulkan efek positif mau­pun negatif hanyalah kerja dari pikiran kita saja. Ar­tinya bagaimana kita sebagai si pelaku menyikapi se­buah peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan se­hari-hari. Bob Proctor memperkenalkan hukum po­la­ritas dimana:
“Segala yang ada di alam semesta ini memiliki lawannya. Tidak akan ada yang disebut ‘da­lam ruangan’ bila tidak ada yang disebut ‘luar ruangan’. Juga segala sesuatu itu sama sekaligus berlawanan.”

Bila jarak antara pintu ke meja tamu adalah 3 ka­ki, maka itu juga berarti jarak antara meja tamu ke pintu tersebut adalah 3 kaki juga. Bila jarak dari Yog­yakarta ke Solo adalah 60 km, maka itu juga ber­arti jarak dari Solo ke Yogyakarta adalah 60 km. Ar­ti­nya kedua kalimat tersebut mempunya arti yang sa­­ma. Begitu juga ada suatu kejadian yang kita ang­gap buruk maka sesungguhnya ada sesuatu yang baik ada di dalamnya. Martha Washington me­nga­ta­kan bahwa “Dari pengalaman saya belajar bahwa hal yang paling menentukan kebahagiaan atau ke­seng­saraan hidup kita adalah watak kita, bukan ke­ja­dian-kejadian dalam hidup kita.” Artinya sebuah p­e­ristiwa akan dapat kita katakan berefek positif atau negatif, akan tergantung dari sudut pandang ki­ta sendiri bagaimana cara kita menyikapi sebuah ke­jadian baik itu berefek positif maupun negatif.
Sekarang bagaimana caranya mengarahkan ha­ti memilih pada sisi pilihan positif dimana pilihan po­sitif akan membawa kita pada pikiran yang positif. Se­dangkan pikiran yang positif akan berdampak pa­da sikap yang positif, kemudian sikap ini akan men­cip­ta­kan tindakan yang positif pula. Otomatis du­kung­an positif akan mengalir pula pada diri kita. Ma­nu­sia diberikan kebebasan untuk menentukan pi­lih­an hati, apakah akan melihat suatu peristiwa dari su­dut pandang positif ataukah negatif. Sebagai con­toh dua orang pekerja bangunan bernama Ali dan Ak­san, ketika Ali ditanya oleh seseorang apa pe­ker­jaan­mu? Ia menjawab dengan wajah tertunduk dan sua­ranya sangat lirih, “Aku setiap hari hanya duduk me­nyusun batu bata di atas batu bata yang lainnya.” Ke­mudian Aksan juga diberi pertanyaan yang sama, ia pun menjawab dengan semangat yang tinggi, “Aku tenaga ahli bangunan yang telah membantu men­dirikan gedung-gedung yang sekarang Anda lihat itu. Tanpa adanya peranku, gedung-gedung itu ti­dak akan bisa berdiri”
Sekarang Anda bisa rasakan keduanya mem­pu­nyai profesi yang sama, tetapi keduanya sangat ber­be­da dalam melihat cara pandang pekerjaannya. Be­ta­pa Ali mengkerdilkan pekerjaannya, tidak percaya di­ri, dan menganggap sepele apa yang dila­ku­kan­nya sekarang, akan tetapi Aksan begitu percaya diri bah­wa tanpa perannya, tidak ada gedung yang bisa ber­diri semegah ini.
Sebenarnya jawaban keduanya tidak ada yang sa­lah, hanya saja yang membedakan jawaban ke­dua­nya adalah sudut pandang yang jauh berbeda yang diperlihatkan Ali dan Aksan. Bagaimana Aksan bi­sa mengambil anugerah dari pekerjaannya, me­ne­mu­kan sisi baik dari pekerjaannya, bersikap op­ti­mis, dan menumbuhkan efek positif pada dirinya.
De­ngan menentukan pilihan pada sisi yang po­si­tif maka Aksan akan lebih berpeluang untuk bisa le­bih berkembang karena pikiran, sikap, dan tin­da­k­an positif lebih bisa membangkitkan pemikiran yang kreatif dalam menyelesaikan masalah dan tan­tangan hidup. Ada ungkapan yang sangat menarik:
“Anda adalah orang yang sangat bernilai, berarti dan penting, meskipun keadaan Anda saat ini bisa saja membuat Anda merasa sebaliknya.”
— James Newman.

Artinya sudut pandang yang kita pilih akan sangat me­nentukan kualitas hidup kita, maka kejernihan ha­ti akan sangat penting untuk melakukan in­tros­pek­si diri, perenungan, dan refleksi atas apa yang ki­ta hadapi sekarang ini maupun yang akan datang.

Tidak ada komentar: