Ada sebuah cerita dari film tragedi kapal Poseidon dimana sebuah kapal pesiar mewah terbalik di tengah samudera Atlantik seusai diterjang gelombang yang begitu dahsyat. Para penumpang ikut terbalik dan dihadapkan pada pilihan hidup antara pasrah menunggu maut, menanti bantuan datang, atau nekad mencari jalan keluar sendiri meski harus mempertaruhkan nyawa.
Sebuah pilihan sulit bagi setiap penumpang, namun tidak bagi penjudi Dylan Johns yang nekad mencari jalan keluar dan mengindahkan perintah kapten kapal Michael Bradford yang meminta semua penumpang untuk tetap tinggal bersama di ruang konser sampai bantuan datang. Dylan tidaklah sendirian, dia ditemani Robert Ramsey seorang mantan petugas pemadam kebakaran New York, yang berusaha menemukan puterinya Jennifer Ramsey dan tunangannya Christian.
Di tengah perjalanan mereka mencari jalan keluar dari kepanikan dan ketakutan, bergabunglah Lucky Larry, Maggie James dan putranya Connor James, dan seorang penumpang gelap Elena Gonzales yang diselundupkan ke kapal pesiar dengan bantuan seorang pelayan POSEIDON bernama Marco dan Richard Nelson seorang arsitek. Bersama-sama mereka berjuang dan bertahan di kapal yang makin sulit karena posisi kapal dalam keadaan terbalik. Tujuan mereka hanya satu yaitu keluar dari kapal yang hampir tenggelam dan mencari bantuan.
Mereka berpikir hanya baling-baling kapal yang bisa membawa mereka keluar dari tragedi kapal POSEIDON. Di tengah kondisi kapal yang hancur mereka harus terus secepat mungkin mencari jalan keluar dan melawan waktu untuk tetap bertahan hidup, meski dalam perjalanan mereka harus mengorbankan kawan dalam beberapa kecelakaan dan nasib buruk.
Sementara di ruang konser, penumpang yang tersisa dan lebih memilih mengikuti anjuran Kapten untuk menunggu bantuan datang harus berakhir tragis.
Sementara di ruang konser, penumpang yang tersisa dan lebih memilih mengikuti anjuran Kapten untuk menunggu bantuan datang harus berakhir tragis.
Mereka tidak mempunyai waktu lagi ketika kaca-kaca jendela mulai hancur karena tekanan air yang begitu kuat dan air mulai membanjiri ruangan dan menenggelamkan semua penumpang. Kembali dalam perjuangan para penumpang yang hendak mencari jalan keluar dari kapal POSEIDON, Ramsey nekad mencari ruang kontrol mesin pemutar baling-baling dengan cara terjun ke air menuju ruang kontrol mesin. Dengan nafas yang sudah hampir habis, Ramsey akhirnya berhasil mengarahkan baling-baling berputar ke arah sebaliknya. Ramsey kembali ke ruang baling-baling dimana Dylan dan teman-teman yang cemas dengan keberhasilan Ramsey akhirnya menyadari Ramsey sukses dalam misinya. Tanpa berpikir panjang segera Dylan melempar sebuah tabung nitrogen untuk mengganjal baling-baling berputar, bukannnya baling-baling terganjal justru tabung tersebut meledak membuat baling-baling di kedua sisi kapal hancur berantakan.
Bersamaan dengan hancurnya baling-baling kapal, secara perlahan kapal Poseidon mulai tenggelam, beruntung beberapa penumpang yang tersisa akhirnya berhasil keluar dan berenang menuju sekoci penolong. Dalam luapan kegembiraan berhasil lolos dari maut, Dylan menembakkan tanda peringatan sebagai tanda meminta pertolongan, sampai akhirnya helikopter menyelamatkan mereka. Tak ada yang bisa melebihi rasa bahagia mereka selain rasa syukur keluar dari maut POSEIDON, meski harus meninggalkan pahlawan bersamanya.
***
Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti akan menjumpai suatu kondisi yang tidak kita prediksikan sebelumnya. Terkadang apa yang kita jalani tidak sesuai dengan apa yang kita impikan, fakta menunjukkan bahwa banyak orang yang cukup sering mengalami hal tersebut. Wajar kita sebagai manusia menginginkan sesuatu yang tidak kita miliki atau sesuatu yang tidak kita inginkan.
Kalau flashback cerita tragedi kapal Poseidon, apa yang akan kita hadapi, semua manusia tidak akan pernah tahu apakah peristiwa itu buruk bagi pandangan kita ataukah baik? apakah kita merasa gagal ataukah sukses? Tentu setiap orang akan menginginkan yang terbaik untuk dirinya, namun Tuhan mempunyai rencana “bagaimana kapal pesiar yang begitu mewah bernama Poseidon terbalik karena hantaman ombak yang begitu dahsyat, akhirnya menyisakan beberapa penumpang yang selamat dan rasa syukur yang tak terbandingkan karena telah luput dari maut.” Walau peristiwa kapal Poseidon hanya ada di dalam cerita film tetapi hal inilah yang sering terjadi di dalam kehidupan kita sehari-hari, bagaimana kita mengarahkan hati untuk selalu melihat sisi positif dari suatu kejadian dan segala sesuatu yang sudah kita miliki saat ini.
Berat memang bersyukur di masa-masa sulit: bagaimana kita mau bersyukur kalau kita mengalami kesulitan perekonomian keluarga, kematian orang yang dicintai, dan cobaan-cobaan lainnya, dimana masa-masa itu sulit rasanya menemukan sesuatu hal yang patut untuk bisa kita syukuri.
Manusia memang dihadapkan pada pilihan sisi positif ataukah sisi negatif, percayalah Tuhan mempunyai rencana dibalik peristiwa yang kita anggap pahit, lihatlah bagaimana beberapa penumpang kapal Poseidon mendapatkan momentum tepat untuk bersyukur kepada Tuhan pada saat luput dari maut. Momentum inilah yang akan membawa kita untuk selalu bersyukur, sepahit apapun peristiwa yang terjadi, pasti memberi kita kesempatan untuk tumbuh menjadi lebih baik dan mentransformasi hidup kita. Ketika kita mengalami masa sulit lihatlah di sekeliling kita bagaimana orang-orang di dunia ini juga merasakan masa yang jauh lebih sulit dibandingkan masa sulit yang kita alami, bagaimana orang-orang di sekeliling kita masih banyak yang tidak bisa memiliki apa yang kita miliki saat ini.
Apabila pandangan ini kita kembangkan maka momentum saat masa sulit akan membuat kita lebih bisa bersyukur karena pelajaran hidup menjadikan kita lebih kuat, lebih bijaksana, dan lebih mencintai kehidupan. Sama halnya ketika kehidupan kita mengalami kesuksesan seharusnya hal itu menjadi momentum tepat untuk bersyukur, karena terkadang kita sering melupakan peran Tuhan atas keberhasilan itu. Ingat ada sebuah pepatah
“Kesuksesan bukanlah kunci dari kebahagiaan, akan tetapi kebahagiaan merupakan kunci dari kesuksesan.”
Jadi materi dan jabatan tidak bisa menjamin seseorang mendapatkan kebahagiaan, karena ada orang yang berkelimpahan harta tetapi ternyata kehidupannya tidak bahagia. Ada orang yang telah meraih ketenaran tetapi ternyata di sisi yang lain, ia masih saja tidak bahagia. Ada pula orang yang sebenarnya mengalami masa sulit tetapi ia selalu belajar menemukan momentum untuk bersyukur kepada Tuhan atas apa yang telah dilimpahkan-Nya, sehingga ia selalu merasa bahagia. Artinya kejernihan hatilah yang akan menentukan, apakah pilihan hidup untuk selalu pada sisi positif ataukah sisi negatif, kalau sisi positif maka optimisme, kepercayaan diri, dan semangat hidup yang besar akan kita dapatkan sebagai bekal menghadapi tantangan hidup, tetapi ketika pilihan hati jatuh pada sisi negatif maka kehancuranlah yang akan kita dapatkan.
Sebuah hasil penelitian di Belanda, yang diterbitkan di Archives of General Psychiatry edisi November 2004, telah memberitakan bahwa orang-orang mempunyai keoptimisan memiliki resiko kematian yang lebih rendah terhadap suatu penyakit. Penelitian ini melibatkan lebih dari 900 orang, pria dan wanita, berumur antara 65 tahun sampai 85 tahun, berdasarkan isian kuesioner yang meliputi kesehatan, harga diri, moral, optimisme dan hubungan dengan orang lain.
Dilaporkan bahwa orang-orang yang tingkat optimismenya tinggi memiliki resiko kematian 55% lebih rendah untuk semua penyakit dan 23% lebih rendah untuk resiko kematian akibat penyakit jantung (cardiovascular) dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki tingkat pesimisme yang tinggi.
Penelitian berikutnya dilakukan oleh para peneliti dari University of Wisconsin-Madison, yang diterbitkan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences juga menunjukkan bahwa aktivitas otak yang berkaitan dengan ‘pikiran negatif’ memperlemah sistem kekebalan tubuh. Orang-orang yang memiliki aktivitas otak yang sangat tinggi di daerah otak ‘pre-frontal cortex’ bagian kanan, yang berkaitan dengan ‘pikiran negatif’ (misalnya sikap pesimis) memiliki respon yang lebih buruk terhadap vaksin influenza. Aktivitas otak yang tinggi di bagian ‘pre-frontal cortex’ kiri, yang berkaitan dengan emosi positif, lebih bagus respon-nya terhadap vaksin.
Study menarik lainnya dilakukan oleh Dr. Judith Tedlie Moskowitz dari University of California-San Francisco yang membuktikan hubungan antara ‘positive feeling’ dengan resiko kematian akibat penyakit AIDS. Penelitian ini melibatkan 407 orang pria penderita HIV/AIDS dari daerah San Francisco antara tahun 1984 sampai 1993 dan lebih dari separohnya kemudian meninggal dunia. Dr. Judith menemukan bahwa orang-orang yang memiliki skala ‘positive feeling’ tinggi dalam bersyukur telah menurunkan resiko kematiannya. Namun tidak demikian dengan ‘negative feeling’ yang ternyata tidak memiliki pengaruh yang ’significant’. Artinya bahwa ‘positive feeling’ merupakan ‘active ingredient’ di dalam penanganan penderita pasca terkena HIV/AIDS, untuk memberikan tambahan unsur pelindung atas sistem kekebalan tubuhnya.
Penelitian ini membuktikan rasa syukur, emosi positif, positif feeling dan sejenisnya memiliki pengaruh yang bermanfaat dan signifikan bagi kesehatan manusia. Hal ini menunjukkan orang-orang yang bersyukur memiliki emosi positif yang lebih tinggi, lebih puas dengan hidup mereka, vitalitas yang lebih tinggi, lebih optimis dan memiliki tingkat depresi dan stres yang lebih rendah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar