Sikap Memaafkan dan Manfaatnya bagi Kesehatan
Allah mengabarkan dalam mukjizat ayat-ayat-Nya melalui Al-Qur’an bahwa:
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A’râf: 199)
Pemaaf merupakan salah satu sifat mulia yang sangat dianjurkan bahkan sifat ini lebih baik dari sedekah yang disertai dengan sesuatu yang menyakitkan si penerima.
“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (QS. Al-Baqarah: 263)
Bagi mereka yang tidak bisa memahami ajaran Al-Qur’an akan sangat sulit memaafkan dan mudah marah dengan kesalahan yang diperbuat orang lain. Banyak ayat yang menganjurkan orang-orang yang beriman untuk selalu memaafkan dan berlapang dada, karena sesungguhnya Allah pun akan mengampuni dosa-dosa.
“Jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa.” (QS. An-Nisâ: 149)
Sifat pemaaf dan sabar pun dinyatakan sebagai hal-hal yang diutamakan sekaligus termasuk perbuatan mulia,
“Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” (QS. Asy-Syûra: 43)
Perbuatan orang-orang yang beriman ketika memaafkan suatu kesalahan akan sangat berbeda dengan orang yang hidup tidak sesuai dengan ajaran Al-Qur’an. Hal ini disebabkan banyak orang yang mengaku sudah memaafkan tetapi hatinya sangat sulit melupakan rasa sakit hatinya. Mereka membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membebaskan diri dari amarah dan rasa benci. Berbeda dengan orang-orang yang hidup dengan ajaran Al-Qur’an, hatinya begitu tulus dalam memberikan maafnya, karena mereka sadar betapa semua ini merupakan ujian di dunia. Sekaligus Allah menjadikan semua permasalahan yang terjadi baik perselisihan, pertengkaran, perdebatan yang besar maupun yang kecil, supaya manusia bersabar dan mengambil nilai-nilai kebaikan yang ada di dalamnya. Mereka sadar semua yang terjadi sudah dituliskan dalam kitab yang nyata Lauh Mahfuzh, dan merupakan kehendak Allah. Oleh sebab itu, rasa kepasrahan diri yang tinggi dalam diri masing-masing orang yang beriman akan terlihat ketika rasa tulus dan ikhlas memberikan maaf atas kesalahan orang lain. Begitu juga ketika orang yang beriman merasa benar dan orang lain yang salah, tetapi mereka bersikukuh merasa benar maka orang yang beriman tetap bersabar dan memaafkannya.
Beberapa artikel menyebutkan penelitian terakhir, para ilmuwan Amerika membuktikan bahwa mereka yang mampu memaafkan adalah lebih sehat baik jiwa maupun raganya. Beberapa orang yang diteliti sebagai sampel menyatakan bahwa penderitaan mereka berkurang setelah memaafkan orang yang menyakiti mereka. Penelitian tersebut menyimpulkan orang yang belajar memaafkan akan merasa lebih baik secara batiniyah dan jasmaniyah. Jelas, ada satu contoh mudah yang terkadang sering kita rasakan yaitu ketika kita mendapatkan permasalahan dengan teman kerja dan saat itu belum terselesaikan. Maka pada malam harinya kita akan merasakan sulit tidur dan terkadang punggung terasa sakit atau sakit perut akibat stres. Dan ternyata gangguan-gangguan di atas sangatlah berkurang pada orang-orang yang selalu memaafkan atas kesalahan orang lain.
Menurut Dr. Frederic Luskin dalam bukunya, Forgive for Good [Maafkanlah demi Kebaikan], menerangkan bahwa sifat pemaaf merupakan resep yang telah terbukti bagi kesehatan dan kebahagiaan. Lalu bagaimana sifat pemaaf bisa memicu terciptanya keadaan baik dalam pikiran seperti harapan, kesabaran, dan percaya diri sehingga mengurangi kemarahan, penderitaan, lemah semangat, dan stres. Menurut Dr. Luskin, kemarahan yang dilakukan secara terus menerus akan menyebabkan dampak pada ragawi yang dapat teramati pada diri seseorang. Permasalahan tentang kemarahan jangka panjang atau yang tak berkesudahan bagaikan kita telah melihatnya menyetel ulang sistem pengatur suhu di dalam tubuh. Ketika kita sangat terbiasa dengan kemarahan ini, walau dalam tingkatan rendah bisa menyebabkan tidak terkontrolnya keadaan suhu normal tubuh. Hal ini disebabkan ada semacam aliran andrenalin yang menjadikan orang terbiasa untuk marah yang pada akhirnya membakar tubuh dan menjadikannya sulit berpikir jernih. Ada satu hal yang tidak bisa dipungkiri lagi dan banyak peneliti percaya bahwa pelepasan hormon stres menyebabkan kebutuhan akan oksigen meningkat oleh sel-sel otot jantung, juga keping-keping darah akan bertambah kekentalannya sehingga memicu pembekuan darah akibatnya kemarahan dapat meningkatkan peluang terjadinya serangan jantung.
Jelas, seseorang ketika marah, akan merasakan detak jantungnya meningkat melebihi batas wajar, hal ini menyebabkan tekanan darah pada pembuluh nadi pun meningkat melebihi batas sewajarnya maka keadaan yang demikian inilah bisa memperbesar kemungkinan terkena serangan jantung.
Pada tahun 1996 ada sebuah tulisan berjudul “Forgiveness” [Memaafkan], yang diterbitkan Healing Current Magazine [Majalah Penyembuhan Masa Kini] edisi bulan September-Oktober juga menyebutkan bahwa kemarahan terhadap seseorang atau suatu peristiwa dapat menimbulkan emosi negatif dalam diri orang. Hal ini dapat merusak keseimbangan emosional bahkan kesehatan jasmani kita semua. Memang, awalnya seseorang tidak menyadari bahwa kemarahan akan mengganggu keseimbangan emosionalnya tetapi ketika mereka menyadarinya, keinginan untuk memperbaiki hubungan akan muncul di sini kemudian diambillah langkah-langkah memaafkan. Banyak penelitian menunjukkan bahwa kemarahan adalah sebuah keadaan pikiran yang sangat merusak kesehatan manusia. Allah telah mengabarkan bahwa melakukan tindakan memaafkan akan diberikan pahala yang besar disisi Allah,
“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.”
(QS. Asy-Syûra: 40)
“Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut hari-hari Allah karena Dia akan membalas sesuatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”
(QS. Al-Jâtsiyah: 14)
Memang memaafkan secara tulus dan ikhlas sungguh sangat berat ketika hati masih terasa sakit tetapi bagi mereka yang berpikir, seharusnyalah segera sadar bahwa Allah telah menganjurkan dalam ayat-ayat-Nya untuk memaafkan orang-orang yang bertindak zalim, dan pahala besar dijanjikan Allah bagi mereka yang sabar, memaafkan dengan tulus, dan selalu berbuat baik. Inilah salah satu sifat mulia yang dinyatakan dalam ayat Al-Qur’an dari banyak sumber kearifan yang dikandungnya. Dengan memaafkan akan dapat mengurangi dampak merusak dari kemarahan karena hati akan menjadi tenang dan terasa membahagiakan, serta membantu menikmati hidup sehat secara lahir dan batin.
(Dalam buku “Membaca Keinginan Tuhan” oleh Sugeng D. Triswanto)